Cari Blog Ini

Rabu, 28 Desember 2011

flavanoid

BAB II

PEMBAHASAN

1.1    Pengertian dan Struktur Umum

Nama flavonoid sendiri berasal dari kata Flavon yang merupakan senyawa fenol yang banyak terdapat dialam. Senyawa flavon ini memiliki struktur yang mirip dengan struktur dasar falvonoid tetapi pada jembatan propana terdapat oksigen yang membentuk siklik sehingga memiliki 3 cincin heterosiklik. Senyawa Flavonoida adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena tersubstitusi yang dihubungkan oleh satu rantai alifatik yang mengandung tiga atom karbon.
Senyawa-senyawa flavon mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Kerangka dasar dari struktur flavonoida adalah sistem C6-C3-C6, dimana suatu cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3).
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu :
1.      Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
2.      Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
3.      Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C- dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan O-glikosida, dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida, dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya. Penggolongan flavonoida dapat dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan.
Ciri struktur flavonoid :
·         Gugus hidroksil hampir selalu ditemukan pada posisi 5 dan & 7 dari cincin A
·         Cincin B flavonoid seringkali mempunyai gugus gugus hidroksil atau alkoksil pada posisi 4’, atau 3’ & 4’. 
·         Adanya tiga gugus hidroksil atau alkoksil, atau tidak teroksigenasi sama sekali, atau teroksigenasi pada posisi 2’, sangat jarang ditemukan.
·         Hal tersebut disebabkan biogenesis dari flavonoid.
·         Glikosida senyawa flavonoid berikatan dengan gula pada gugus hidroksil yang ada
Cincin A umumnya memiliki karakteristik pola hidroksilasi floroglusinol atau resorcinol sementara cincin B biasanya katekol atau fenol. Gugus-gugus hidroksil tersebut merupakan tempat berikatannya berbagai gula yang meningkatkan kelarutan flavonoida dalam air. Flavonoid secara umum terdapat sebagai glikosida jika dihidrolisis dengan asam dalam suasana panas akan menghasilkan suatu aglikon dan sebagian kecil gula. Sistem penomoran pada struktur dasar flavonoida sebagai berikut:
Sistem penomoran pada struktur dasar flavonoida

a.        Klasifikasi Flavonoid

Secara rinci flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi:
a.      Flavon.
Flavon lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai bentuk terhidroksilasi. Senyawa flavonoid ini memiliki kerangka dasar :
Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 – tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6(A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi.
Beberapa contoh senyawa ini adalah apigenin, luteolin, dan tangeritin. Semua senyawa ini memiliki peran hampir sama yaitu sebagai antioksidan, atau penangkap radikal bebas. Selain itu senyawa ini juga dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh karena memiliki sifat memperkuat diding sel sehingga tubuh dapat lebih bertahan ari serangan agen penyebab penyakit.

 





b.      Flavonol
Senyawa jenis ini paling banyak terdapat di alam daripada jenis flavonoid yang lain.




Senyawa-senyawa ini beragam sebagai akibat perbedaan pada posisi Gugus – OH pada phenolnya. Contoh senyawa adalah quarcetin yang terdapat di buah apel sebagai antioksidan dan antiaging. Selain itu ada juga senyawa myricetin yang terdapat di anggur dan sayuran senyawa ini juga sebagai antioksidan.
quersetin
c.       Flavonon
Jenis flavonoid ini mirip dengan jenis flavonoid flavon tetapi pada flavanol tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
Bebepara senyawa yang termasuk kedalam jenis ini adalah hespertin yang terdapat pada buah jeruk yang diperoleh dalam bnetuk glikosidanya, senyawa ini merupakan suatu aglikon. Senyawa ini juga memiliki efek sebagai antioksidan dan anti inflamantory pada tubuh manusia. Struktur hespertin adalah sebagai berikut:
d.      Flavononol
Sama halnya dengan flavonoid flavanone, jenis ini mirip dengan flavonol tetapi dengan struktur dasar flavan yang tidak memiliki ikatan rangkap pada cincin C.
e.       Isoflavon
Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang jumlahnya sangat sedikit, dan sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna manapun..
isoflavon
Beberapa isoflavon berwarna biru muda bila dilihat dibawah sinar ultraviolet setelah diberi uap ammonia. Senyawa isoflavon mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang dapat mengurangi resiko penyakit kanker, jantung koroner, dan osteoporosis.
Senyawa ini mempunyai aktifitas biologis sebagai penangkap radikal bebas penyebab kanker karena berkaitan dengan struktur dan gugus-gugus yang berikatan pada struktur molekulnya. Adanya gugus OH ganda, gugus OH pada atom C3 ataupun C5 yang berdekatan dengan gugus C=O pada struktumya berhubungan terhadap aktifitas biologisnya
f.       Antosianin
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungi. Struktur antosianin yaitu :
Antosianin
Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya disebut antosianidin.
g.      Auron dan Khalkon
Auron berupa pigmen kuning yang terdapat pada bunga tertentu dan Bryofita. Auron ditandai dengan adanya struktur 2-benzilidenekumaranon. Khalkon tidak mempunyai inti pusat heterosiklik tetapi ditandai oleh adanya 3 rantai karbon dengan gugus keton dan a,p tidak jenuh

Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasinya serupa dengan pola pada flavonoida lain begitu pula bentuk yang dijumpai adalah bentuk glikosida dan eter metil .

b.        Biosintesis Flavonoid

 















Terjadinya biosintesis pada flavonoid yaitu Unit awal triketida mengalami siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid. Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti flavonon yang dapat memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan gugus flavon atau dihidroksilasi pada posisi C3 cincin piranon untuk menghasilkan gugus flavonol pada flavonoid. Flavonol kemudian dioksidasi menghasilkan antosianin.

c.         Contoh Tanaman Obat

a.         Klasifikasi Tumbuhan

Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
Kingdom : Plantae
     Divisio : Spermatophyta
           Subdivisio : Angiospermae
                  Klas : Dicotyledonae
                        Ordo : Rosales
               Famili : Rosaceae
                                 Genus : Pyrus
   Spesies : Pyrus malus L
Apel (Pyrus malus) dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin. Tumbuhan ini di Eropa dibudidayakan terutama di daerah subtropis bagian Utara. Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut.
Tumbuhan apel dikatagorikan sebagai salah satu anggota keluarga mawar-mawaran dan mempunyai tinggi batang pohon dapat mencapai 7-10 meter. Daun apel sangat mirip dengan daun tumbuhan bunga mawar. Berbentuk bulat telur dan dihiasi gerigi-gerigi kecil pada tepiannya. Pada usia produktif, apel biasanya akan berbunga pada sekitar bulan Juli. Buah apel yang berukuran macam-macam tersebut sebenarnya merupakan bunga yang membesar atau mengembang sehingga menjadi buah yang padat dan berisi. Apel biasanya dimakan langsung, dijadikan campuran salad, dibuat minuman - jus apel dan cuka apel (apple cider), atau keripik.

b.      Kandungan Senyawa Obat dan Manfaat

Apel (Pyrus malus) mengandung karoten (vitamin A), vitamin C, dan senyawa flavonoid, seperti quersetin yang bersifat antioksidan. Selain itu, juga kalium, asam maklik, tanin, dan pektin (serat yang larut di air). Buah apel selain mempunyai kandungan senyawa pektin juga mengandung zat gizi, antara lain kalori sebesar 58 kalori, hidrat arang 14,9 gram, lemak 0,4 gram, protein 0,3 gram, kalsium 6 miligram, fosfor 10 miligram, besi 0,3 miligram, vitamin A 90 SI, vitamin B4 0,04 miligram, vitamin C 5 miligram dan air 84,1 persen untuk setiap 100 gramnya.

Senyawa fitokimia pada kulit apel, Quersetin, merupakan antioksidan yang potensial yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang mampu menunda, memperlambat, atau menghambat reaksi oksidasi . Senyawa antioksidan memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap pengaruh buruk yang disebabkan radikal bebas. Radikal bebas diketahui dapat menginduksi penyakit kanker, arteriosklerosis dan penuaan, disebabkan oleh kerusakan jaringan karena oksidasi.

Antioksidan sintetis memiliki efektifitas yang tinggi namun kurang aman bagi kesehatan sehingga pengunaannya diawasi secara ketat di berbagai Negara. Hal ini sudah terbukti dalam penelitian terhadap sejumlah hewan percobaan. Senyawa quersetin juga membantu mengurangi oksidasi lemak sehingga melindungi liver dari kerusakan oksidatif.

c.       Efek Farmakologi

Kuersetin (3’,4’-dihidroksiflavonol) merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol dan terdapat terutama pada tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur, dan bawang.

Kuersetin-3-glukosida (isokuersetin), kuersetin-3-rhamnoside (kuersitrin), dan kuersetin-3-rutinoside (rutin) adalah glikosida kuersetin. Flavonol kuersetin, mirisetin, robinitin, dan gossipetin memiliki sifat antioksidan yang amat potensial. Sifat antioksidan dari senyawa kuersetin mampu menginhibisi proses karsinogegesis. Senyawa karsinogen merupakan senyawa yang mampu mengoksidasi DNA sehingga terjadi mutasi.

Dilihat dari struktur kimianya, kuersetin memiliki aktivitas kuat sebagai pemberi hidrogen (hidrogen-donating) karena kandungan hidroksilasi yang cukup, yakni 5 gugus OH dan lokasi gugus hidroksilnya terdapat pada sisi aktif (C5, C7, C3’ dan C4’).
Kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki tiga ciri pada strukturnya, yaitu 3’,4’-dihidroksi pada cincin B; 2,3-ikatan rangkap pada cincin C dan sebuah gugus 3-hidroksil pada cincin C dan sebuah gugus 5-hidroksil pada cincin A. Ketiga ciri ini secara umum ditunjukkan pada :
Kuersetin sangat berpotensi dikembangkan sebagai obat antikanker. Senyawa ini dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase. Kuersetin dalam konsentrasi serum 248 μM dapat menekan ekspresi dari mutan protein p53 yang dibentuk oleh sel kanker payudara sampai tidak terdeteksi pada sel tersebut.
Pada kultur sel melanoma manusia, kuersetin diketahui memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan sel yang mirip dengan tamoxifen (Piantelli, 1995). Selain itu kuersetin juga memiliki afinitas yang sama pula dengan tamoxifen dan diethylstilbestrol dimana ketiganya ditemukan pada sisi ER II. Dibandingkan dengan tamoxifen, kuersetin ternyata lebih poten yang ditunjukan oleh nilai IC50 yaitu 7 nM, lebih kecil daripada tamoxifen 9 nM (Piantelli,1995). Kuarsetin juga mampu menaikkan efikasi terapetik dari cisplatin baik secara uji in vivo maupun in vitro. Dalam uji in vitro, kuersetin bekerja secara sinergi dengan busulphan dalam melawan sel leukemia manusia.
Kuersetin mampu menghambat produksi heat shock protein (HSP) pada banyak sel kanker yang ganas, termasuk kanker payudara (Hansen, et al., 1997), leukemia (Elia, 1996) dan kanker kolon (Koishi, et al., 1992) . Heat shock protein sendiri terbentuk melalui ikatan kompleks dengan mutan p53. Penghambatan HSP menginduksi sel tumor yang mulanya mampu melewati mekanisme normal dari siklus sel istirahat (Go) menjadi tidak mampu melewatinya. Selain itu HSP yang menyebabkan sel kanker mampu berkembang dan hidup pada kondisi berbeda (sirkulasi rendah, demam) serta berasosiasi dengan penyakit lain untuk bertahan hidup mampu dihentikan. Heat shock protein pada kanker payudara menyebabkan obat kemoterapi menjadi resisten (Oesterreich, 1993). Dengan adanya kuersetin, maka resistensi sel kanker terhadap agen kemoterapi dapat dihambat sehingga kuersetin cocok digunakan sebagai pendamping kemoterapi dalam terapi kanker.

BAB III

PENUTUP

.3.1 Kesimpulan

Nama flavonoid sendiri berasal dari kata flavon yang merupakan senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena tersubstitusi yang dihubungkan oleh satu rantai alifatik yang mengandung tiga atom karbon. Kerangka dasar dari struktur flavonoida adalah sistem C6-C3-C6, dimana suatu cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3).
Flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi Flavon, Flavonol, Isoflavon, Flanonon, Flavononol, Auron, dan Kalkon. Penggolongan flavonoida dapat dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan.
Flavonol kuersetin memiliki sifat antioksidan yang amat potensial. Sifat antioksidan dari senyawa kuersetin mampu menginhibisi proses karsinogegesis. Kuersetin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena memiliki tiga ciri pada strukturnya, yaitu 3’,4’-dihidroksi pada cincin B; 2,3-ikatan rangkap pada cincin C dan sebuah gugus 3-hidroksil pada cincin C dan sebuah gugus 5-hidroksil pada cincin A. Kuersetin juga sangat berpotensi dikembangkan sebagai obat antikanker. Senyawa ini dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase.

3.2    Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:
1.      Untuk lebih memahami meteri ini, golongan yang termasuk di dalamnya dan manfaatnya, perlu dilakukan pembelajaran lanjutan tentang materi ini.
2.      Pembaca sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang relevan, jurnal penelitian, gambar, atau referensi lain dari internet





DAFTAR PUSTAKA



Ikawati M dkk. 2004. Pemanfaatan Benalu Sebagai Agen Anti Kanker. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya Ilmiah. F-MIPA Universitas Sumatera Utara. Medan
Matsjeh S. 2004. Sintesis Flavonoid: Potensi Metabolit Sekunder Aromatik Dari Sumber Daya Alam Nabati Indonesia. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nihlati I dkk. 2007. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang Temu Kunci [Boesenbergia Pandurata (Roxb.) Schlecth] Dengan Metode Penangkapan Radikal DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Prihatman K. 2000. Apel (Pyrus malus L). Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta
Subroto Muh, A. 2008. Real Food True Health; Makanan Sehat Untuk Hidup Lebih Sehat. Argomedia. Jakarta
Wulansari N. 2009. Pengaruh Perasan Buah Apel (Maulus Domestica Borkh) Fuji RRC Terhadap Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral Pada Kelinci Jantan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. surakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar